HAMPIR tidak ada manusia di dunia ini yang selama hidupnya tidak tidak pernah marah. Setiap manusia pasti pernah marah. Awalnya kesal, lantas marah.
Banyak yang menyebabkan manusia marah. Biasanya dalam pergaulan, dalam pekerjaan. Pekerjaan yang belum selesai sementara waktu sudah men-desak. Pekerjaan belum selesai dateline sudah tiba.
Marah pasti tidak bagus, minimal kita (anda) kehilangan selera humor dan tampil dengan sikap bermusuhan. Pentingnya lagi tidak baik bagi kesehatan tubuh. Bila sering marah adalah awal dari tekanan darah naik, kadar kolesterol menjadi tinggi, kegemukan, depresi sampai kepada masalah jantung dan kanker. Wah, luar biasa. Penyakit-penyakit kelas berat menanti.
Apa hubungan penyakit-pe-nyakit ini dengan marah? Hasil penelitian memang demikian. Mengapa bisa begitu? Dahulu, hidup rasanya begitu sederhana, tanpa banyak berpikir. Namun, kini rasanya hidup ini susah sekali. Betapa tidak, bila penyakit-penyakit kelas berat ini sudah datang, repot. Kini kolesterol telah menjadi sebuah kata yang me-nakutkan. Bagaimana tidak takut. Makan enak, membuat kita merasa bersalah, takut angka-angka kolesterol akan naik.
Hasil studi menunjukan marah juga tak luput dari ancaman kolesterol. Simak hasil studi yang dilakukan terhadap 103 orang dewasa sehat dan berusia antara 25-40 tahun. Para peneliti me-nemukan ledakan amarah bera-kibat pada menurunnya kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) pada tubuh manusia.
Singkatan-singkatan itu selalu berhubungan dengan kolesterol. Kolesterol berkeliaran melalui aliran darah kita (Anda) dengan menumpang pada molekul-molekul kooperatif yang disebut lipoprotein. LDL, memberi tumpangan kepada kolesterol dan bertanggungjawab atas pem-bentukan kerak pada dinding arteri. HDL, berbuat sebaliknya yakni menangkapi kolesterol dan mengeluarkannya dari tubuh. Karena berfungsi sebagai pe-nyelamat. Makin banyak HDL yang Anda miliki, makin baik.
Sederhananya begini, bila kita (anda) tipe orang penaik darah alias suka marah dan selalu menunjukkan sikap bermusuhan, kadar HDL, kolesterol yang baik bagi tubuh tadi akan turun drastis. Sedangkan kadar LDL, justru meningkat tajam. Apalagi kondisi tubuh kita (Anda) tidak prima. Ini hasil riset yang dimuat dalam Journal of Behavioral Medicine.
Muncul pertanyaan, bagai-mana hubungan rasa marah dengan menurunnya kadar HDL dalam darah? Tidak jelas benar, tetapi Aron Wolfe Siegman dan rekan-rekannya dari Universitas of Maryland di Baltimore yang melakukan penelitian ini, menga-takan bahwa rasa marah memicu reaksi berlebihan hormon-hormon tubuh seperti adrenalin. Reaksi ini meningkatkan kadar LDL dalam darah.
Maafkan Saja
Wah, jika begini jadinya maka mereka yang marah pada dasar-nya rugi sendiri, semakin sering marah semakin berbahaya. Jadinya bagaimana? Baiknya jangan marah. Sabar, sabar dan sabar saja. Orang penyabar dikasihani Tuhan. Benar juga kalau begitu. Lebih bagusnya lagi, maafkan saja kesalahan orang lain itu kepada kita. Ternyata memaafkan itu menyehatkan tubuh. Luar biasa.
Sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan sejumlah peneliti di Virginia Commenwealth Univer-sity yang dimuat dalam Jurnal Explore, Mei 2005, berjudul "Forgiveness in Health Research and Medical Practise" dan juga telah dimuat pada Hidaya-tullah.com menyebutkan me-maafkan kesalahan orang lain ternyata menyehatkan secara fisik dan kejiwaan.
Penelitian ilmiah itu meng-gunakan teknologi canggih pen-citraan otak dengan mengung-kapkan perbedaan pola gambar otak orang yang memaafkan dengan orang yang tidak me-maafkan. Hasil penelitian itu terlihat pada orang yang tidak memaafkan kesalahan orang lain terlihat adanya penurunan keke-balan tubuh, kondisi akrivitas otak mereka dalam keadaan marah dan stres.
Terdapat juga perbedaan aktivitas hormon dan keadaan darah. Pada orang yang tidak memaafkan kesalahan orang lain terlihat pola horman emosi negatif dalam kondisi stres dan cen-derung pada tingkat kekentalan darah yang tinggi. Kondisi ini mengganggu kesehatan dan secara fisik terlihat tingkat penegangan otot mata, alis lebih tinggi, daya hantar kulit lebih tinggi dan tekanan darah lebih tinggi. Bila hal ini terus berlangsung dalam waktu panjang dipredik-sikan orang tersebut akan terkena serangan jantung.
John Monbourquette ber-pendapat (dalam How to Forgive) bahwa keinginan balas dendam karena dicelakai, disakiti adalah hal yang wajar dan menurutnya dendam yang ada dalam diri manusia merupakan keadilan instingtual yang mencuat dari alam bawah sadar. Derita meng-kehendaki derita atas nama keadilan instingtual.
Bila kita cermati pendapat John Monbourquette menunjukkan adanya indikasi pada setiap manusia berpeluang untuk me-mendam rasa dendam meskipun sesungguhnya memendam rasa dendam membuat manusia itu tidak sehat. Manusia yang me-mendam rasa dendam selalu dibayang-bayangi rasa tidak enak sebelum rasa dendamnya dapat dituntaskan.
Faktor Makanan
Banyak yang berpendapat makanan faktor penyebab pe-nyakit. Bisa benar jika memang ketika mengkonsumsi makanan tidak tepat dan benar. Banyak percobaan, penelitian yang dilakukan hasilnya demikian seperti yang dilakukan sekitar tahun 1940-an untuk orang-orang di Framingham, Massachussets.
Para peneliti ini terus me-mantau kesehatan orang-orang Framingham yang dikaitkan dengan setiap makanan yang dikonsumsi mereka dengan tujuan untuk mencari tahu faktor pe-nyebab penyakit jantung. Hasilnya dari makanan yang mereka makan menimbulkan kolesterol.
Hasil percobaan menunjukkan kadar kolesterol darah ber-tambah, begitu pula risiko untuk menderita penyakit jantung. Kolesterol adalah sejenis bahan semacam lilin yang diproduksi secara alami oleh liver (hati). Bahan ini terdapat di setiap sel dalam tubuh dan diperlukan oleh manusia yang masih hidup. Akan tetapi bahan ini juga masuk melalui makanan seperti produk-produk hewani. Ketika kolesterol bergabung dengan lemak jenuh (saturated fat) yang dimakan, persekutuan ini dapat men-datangkan masalah yang tidak tanggung-tanggung.
Selanjutnya kolesterol dan lemak berkeliaran melalui system peredaran darah, keduanya berulang kali berbenturan dengan dinding-dinding arteri dan seba-gian dari bahan gabungan ini menempel kuat ke dinding, mempersempit arteri dan dapat menyumbat aliran darah ke jantung. Pada kondisi ini sangat buruk dan mengerikan ini yang disebut aterisklerosis dengan gejala nyeri dada dan terjadi serangan jantung.
Dari berbagai percobaan, penelitian dan literatur yang ada menunjukkan bahwa agar jantung dan kolesterol kita (Anda) aman, kuncinya adalah jangan marah dan makan yang teratur, jangan makan sembarangan. Pola ma-kan yang baik dan sehat yakni empat sehat lima sempurna.
Secara teori memang tidak sulit. Baru terasa sulit ketika melaksanakannya. Namun, bila ada tekad dan kemauan yang kuat boleh jadi juga tidak sulit untuk melaksanakannya. Harus ada tekad dan kemauan. Berpikir rasional, jangan bawa perasaan dan emosional. Sama halnya dengan seorang rekan penulis yang hipertensi (darah tinggi), bila mengkonsumsi garam maka langsung hipertensi. Ia sudah tahu betul hal itu akan terjadi bila mengkonsumsi garam. Hebat-nya, meskipun Ia tahu benar bila mengkonsumsi garam, hiper-tensi-nya akan datang tetapi tetap saja dikonsumsinya.
Pada hal ia juga tahu betul bila tidak mengkonsumsi garam, pasti tidak akan mati. Celakanya lebih dominan, lebih berkuasa pera-saan, emosionalnya yakni tidak enak makan kalau tidak pakai garam. Terbukti faktor kemauan masih dikalahkan dengan faktor emosional, perasaan dirinya.
Kini kata kuncinya ada pada diri kita (anda) sendiri. Mau aman jantung dan kolesterol? Jangan marah dan makan yang teratur, sesuai dengan porsinya, mau berpantang dan pantang me-nyerah dengan tekad yang sudah ditanamkan, jangan kalah dengan perasaan, emosional. Selamat melawan kata hati untuk amannya jantung dan kolesterol kita (anda). Hanya ini yang bisa dilakukan.Disarikan oleh Harian Analisa;
jala rap mahita manjaga kesehatan; Bila sakit diperlukan Doa nd Dukungan agar sehat; tp bila sehat lupa menjaga Kesehatannya au...mai naparjolo mandokkonsa.----------