Mempertahankan Leluhur

Mempertahankan Leluhur
Desa Simatupang MUARA-TAPUT

Selasa, 26 Oktober 2010

Mengamankan Jantung dan Kolesterol

HAMPIR tidak ada manusia di dunia ini yang selama hidupnya tidak tidak pernah marah. Setiap manusia pasti pernah marah. Awalnya kesal, lantas marah.
Banyak yang menyebabkan manusia marah. Biasanya dalam pergaulan, dalam pekerjaan. Pekerjaan yang belum selesai sementara waktu sudah men-desak. Pekerjaan belum selesai dateline sudah tiba.
Marah pasti tidak bagus, minimal kita (anda) kehilangan selera humor dan tampil dengan sikap bermusuhan. Pentingnya lagi tidak baik bagi kesehatan tubuh. Bila sering marah adalah awal dari tekanan darah naik, kadar kolesterol menjadi tinggi, kegemukan, depresi sampai kepada masalah jantung dan kanker. Wah, luar biasa. Penyakit-penyakit kelas berat menanti.
Apa hubungan penyakit-pe-nyakit ini dengan marah? Hasil penelitian memang demikian. Mengapa bisa begitu? Dahulu, hidup rasanya begitu sederhana, tanpa banyak berpikir. Namun, kini rasanya hidup ini susah sekali. Betapa tidak, bila penyakit-penyakit kelas berat ini sudah datang, repot. Kini kolesterol telah menjadi sebuah kata yang me-nakutkan. Bagaimana tidak takut. Makan enak, membuat kita merasa bersalah, takut angka-angka kolesterol akan naik.
Hasil studi menunjukan marah juga tak luput dari ancaman kolesterol. Simak hasil studi yang dilakukan terhadap 103 orang dewasa sehat dan berusia antara 25-40 tahun. Para peneliti me-nemukan ledakan amarah bera-kibat pada menurunnya kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) pada tubuh manusia.
Singkatan-singkatan itu selalu berhubungan dengan kolesterol. Kolesterol berkeliaran melalui aliran darah kita (Anda) dengan menumpang pada molekul-molekul kooperatif yang disebut lipoprotein. LDL, memberi tumpangan kepada kolesterol dan bertanggungjawab atas pem-bentukan kerak pada dinding arteri. HDL, berbuat sebaliknya yakni menangkapi kolesterol dan mengeluarkannya dari tubuh. Karena berfungsi sebagai pe-nyelamat. Makin banyak HDL yang Anda miliki, makin baik.
Sederhananya begini, bila kita (anda) tipe orang penaik darah alias suka marah dan selalu menunjukkan sikap bermusuhan, kadar HDL, kolesterol yang baik bagi tubuh tadi akan turun drastis. Sedangkan kadar LDL, justru meningkat tajam. Apalagi kondisi tubuh kita (Anda) tidak prima. Ini hasil riset yang dimuat dalam Journal of Behavioral Medicine.
Muncul pertanyaan, bagai-mana hubungan rasa marah dengan menurunnya kadar HDL dalam darah? Tidak jelas benar, tetapi Aron Wolfe Siegman dan rekan-rekannya dari Universitas of Maryland di Baltimore yang melakukan penelitian ini, menga-takan bahwa rasa marah memicu reaksi berlebihan hormon-hormon tubuh seperti adrenalin. Reaksi ini meningkatkan kadar LDL dalam darah.
Maafkan Saja
Wah, jika begini jadinya maka mereka yang marah pada dasar-nya rugi sendiri, semakin sering marah semakin berbahaya. Jadinya bagaimana? Baiknya jangan marah. Sabar, sabar dan sabar saja. Orang penyabar dikasihani Tuhan. Benar juga kalau begitu. Lebih bagusnya lagi, maafkan saja kesalahan orang lain itu kepada kita. Ternyata memaafkan itu menyehatkan tubuh. Luar biasa.
Sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan sejumlah peneliti di Virginia Commenwealth Univer-sity yang dimuat dalam Jurnal Explore, Mei 2005, berjudul "Forgiveness in Health Research and Medical Practise" dan juga telah dimuat pada Hidaya-tullah.com menyebutkan me-maafkan kesalahan orang lain ternyata menyehatkan secara fisik dan kejiwaan.
Penelitian ilmiah itu meng-gunakan teknologi canggih pen-citraan otak dengan mengung-kapkan perbedaan pola gambar otak orang yang memaafkan dengan orang yang tidak me-maafkan. Hasil penelitian itu terlihat pada orang yang tidak memaafkan kesalahan orang lain terlihat adanya penurunan keke-balan tubuh, kondisi akrivitas otak mereka dalam keadaan marah dan stres.
Terdapat juga perbedaan aktivitas hormon dan keadaan darah. Pada orang yang tidak memaafkan kesalahan orang lain terlihat pola horman emosi negatif dalam kondisi stres dan cen-derung pada tingkat kekentalan darah yang tinggi. Kondisi ini mengganggu kesehatan dan secara fisik terlihat tingkat penegangan otot mata, alis lebih tinggi, daya hantar kulit lebih tinggi dan tekanan darah lebih tinggi. Bila hal ini terus berlangsung dalam waktu panjang dipredik-sikan orang tersebut akan terkena serangan jantung.
John Monbourquette ber-pendapat (dalam How to Forgive) bahwa keinginan balas dendam karena dicelakai, disakiti adalah hal yang wajar dan menurutnya dendam yang ada dalam diri manusia merupakan keadilan instingtual yang mencuat dari alam bawah sadar. Derita meng-kehendaki derita atas nama keadilan instingtual.
Bila kita cermati pendapat John Monbourquette menunjukkan adanya indikasi pada setiap manusia berpeluang untuk me-mendam rasa dendam meskipun sesungguhnya memendam rasa dendam membuat manusia itu tidak sehat. Manusia yang me-mendam rasa dendam selalu dibayang-bayangi rasa tidak enak sebelum rasa dendamnya dapat dituntaskan.
Faktor Makanan
Banyak yang berpendapat makanan faktor penyebab pe-nyakit. Bisa benar jika memang ketika mengkonsumsi makanan tidak tepat dan benar. Banyak percobaan, penelitian yang dilakukan hasilnya demikian seperti yang dilakukan sekitar tahun 1940-an untuk orang-orang di Framingham, Massachussets.
Para peneliti ini terus me-mantau kesehatan orang-orang Framingham yang dikaitkan dengan setiap makanan yang dikonsumsi mereka dengan tujuan untuk mencari tahu faktor pe-nyebab penyakit jantung. Hasilnya dari makanan yang mereka makan menimbulkan kolesterol.
Hasil percobaan menunjukkan kadar kolesterol darah ber-tambah, begitu pula risiko untuk menderita penyakit jantung. Kolesterol adalah sejenis bahan semacam lilin yang diproduksi secara alami oleh liver (hati). Bahan ini terdapat di setiap sel dalam tubuh dan diperlukan oleh manusia yang masih hidup. Akan tetapi bahan ini juga masuk melalui makanan seperti produk-produk hewani. Ketika kolesterol bergabung dengan lemak jenuh (saturated fat) yang dimakan, persekutuan ini dapat men-datangkan masalah yang tidak tanggung-tanggung.
Selanjutnya kolesterol dan lemak berkeliaran melalui system peredaran darah, keduanya berulang kali berbenturan dengan dinding-dinding arteri dan seba-gian dari bahan gabungan ini menempel kuat ke dinding, mempersempit arteri dan dapat menyumbat aliran darah ke jantung. Pada kondisi ini sangat buruk dan mengerikan ini yang disebut aterisklerosis dengan gejala nyeri dada dan terjadi serangan jantung.
Dari berbagai percobaan, penelitian dan literatur yang ada menunjukkan bahwa agar jantung dan kolesterol kita (Anda) aman, kuncinya adalah jangan marah dan makan yang teratur, jangan makan sembarangan. Pola ma-kan yang baik dan sehat yakni empat sehat lima sempurna.
Secara teori memang tidak sulit. Baru terasa sulit ketika melaksanakannya. Namun, bila ada tekad dan kemauan yang kuat boleh jadi juga tidak sulit untuk melaksanakannya. Harus ada tekad dan kemauan. Berpikir rasional, jangan bawa perasaan dan emosional. Sama halnya dengan seorang rekan penulis yang hipertensi (darah tinggi), bila mengkonsumsi garam maka langsung hipertensi. Ia sudah tahu betul hal itu akan terjadi bila mengkonsumsi garam. Hebat-nya, meskipun Ia tahu benar bila mengkonsumsi garam, hiper-tensi-nya akan datang tetapi tetap saja dikonsumsinya.
Pada hal ia juga tahu betul bila tidak mengkonsumsi garam, pasti tidak akan mati. Celakanya lebih dominan, lebih berkuasa pera-saan, emosionalnya yakni tidak enak makan kalau tidak pakai garam. Terbukti faktor kemauan masih dikalahkan dengan faktor emosional, perasaan dirinya.
Kini kata kuncinya ada pada diri kita (anda) sendiri. Mau aman jantung dan kolesterol? Jangan marah dan makan yang teratur, sesuai dengan porsinya, mau berpantang dan pantang me-nyerah dengan tekad yang sudah ditanamkan, jangan kalah dengan perasaan, emosional. Selamat melawan kata hati untuk amannya jantung dan kolesterol kita (anda). Hanya ini yang bisa dilakukan.Disarikan oleh Harian Analisa; 
jala rap mahita manjaga kesehatan; Bila sakit diperlukan Doa nd Dukungan agar sehat; tp bila sehat lupa menjaga Kesehatannya au...mai naparjolo mandokkonsa.----------

Jumat, 22 Oktober 2010

SURAT KEPADAKU


SURAT DARI YESUS KEPADAKU:
Sahabat-Ku yang terkasih, Aku mengasihimu. (Yohanes 15:9) Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. (Yesaya 43.1) Sebelum Aku menciptakan engkau, Aku telah mengenal engkau. Dan sebelum engkau lahir, Aku telah menguduskan engkau. (Yeremia 1:5) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Yohanes 15:16) Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. (Yeremia 31:3) Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia (Yesaya 43:4)

Masakan Aku membiarkan engkau? Kasih-Ku padamu terlalu besar. (Hosea 11:8) Aku sangat mengasihimu hingga aku disalibkan di Kalvari. Aku mati untuk engkau, dan bila engkau percaya pada-Ku, engkau akan memperoleh kehidupan kekal. (Yohanes 3:16)


Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Aku tak dapat melupakan engkau (Yesaya 49:15) Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yesaya 41:13) AKU MENYERTAI KAMU SENANTIASA SAMPAI KEPADA AKHIR ZAMAN. (Matius 28:20)


Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada-Ku. (Yohanes 14:1) Akulah yang menolong engkau. (Yesaya 41:14) Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau. Kesukaran yang kau hadapi tidak akan menghanyutkanmu. Pencobaan berat yang datang tak akan mencelakakanmu. (Yesaya 43:2)


Sekalipun engkau berjalan dalam lembah kekelaman, janganlah takut karena Aku bersamamu. Gada-Ku dan tongkat-Ku menghiburmu. Aku akan memimpinmu di jalan kebenaran. (Mazmur 23) Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yohanes 14:27)


Damai sejahtera yang Kuberikan padamu melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu. (Filipi 4:7) Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan takut dan tidur dengan nyenyak. (Amsal 3:24) Sebab Aku membiarkan engkau beristirahat dengan aman. (Mazmur 4:8)


Sebab mata-Ku tertuju pada mu dan memberikan pengharapan padamu. (Mazmur 33:18) Engkau akan beroleh jalan masuk. Di dalam kasih karunia ini engkau berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:2) Aku akan memberikan sukacita dan damai sejahtera. Bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan. (Yesaya 55:12)


Mungkin kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. (Yohanes 16:22) Rambut kepalamupun terhitung semuanya, jadi jangan takut akan segala sesuatu. (Matius 10:30)


Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu. (Yesaya 54.10) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)


Maka datanglah sahabat-Ku terkasih, datanglah. Aku akan membawamu dalam keheningan dan Aku akan berbicara dari hati ke hati. Aku benar dan setia. Aku akan menunjukkan kasih-Ku yang tak berubah dan menjadikan engkau kepunyaan-Ku selalu. Aku akan menepati janji-Ku, dan engkau kemudian akan mengenal-Ku sebagaimana belum pernah terjadi sebelumnya. Aku adalah Aku. (Keluaran 3:14) Aku adalah TUHAN, Allahmu (Hosea 13:4)


Sahabatmu yang setia,

Yesus

P.S.: Aku tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8)

Raja Simarsola Semakin Tua

Dibanding sepuluh tahun lalu kebiasaan saya dalam bercermin di hari ini sudah sangat berkurang. Ada banyak alasan, tapi salah satunya ialah karena cermin hanya memberi penegasan bahwa saya semakin tua. Ketika pertama kali tanda-tanda ketuaan ini saya dapati saya tegang sekali.
Waktu itu, saya bangga sekali pada bentuk gigi yang rapi. Suatu siang, saya baru merasakan betapa beberapa di antaranya kedapatan mulai bergoyang, saya seperti kehilangan pegangan. Dalam beberapa hari, saya butuh terdiam untuk menentramkan diri. Gigi itu tidak cuma mengoyang gusi saya, tetapi juga hati. Rasanya terlalu tiba-tiba saya dipaksa untuk menjadi tua.
Walau setelah saya teliti, tidak ada  isyarat yang tiba-tiba. Proses penuaan itu sebetulnya sudah jauh-jauh hari berkabar pada saya bahkan dengan cara yang kali pertama. Sakit pinggang, adalah sakit yang selalu dikeluhkan oleh para orang tua tetapi saya sambut dengan keheranan pernah saya alami.
Karenanya, ketika saya mendapat sakit pinggang yang pertama, sesungguhnya itulah pekabaran bahwa saya sudah dewasa. Berbeda dengan , menjadi tua, menjadi bapak, menjadi kakek, untuk kali pertama adalah sebuah ketakjuban. Saya pura-pura mengeluh, tetapi sesungguhnya bangga.
Walau kebanggaan menjadi tua itu sesungguhnya hanya hiburan sementara. Karena perasaan itu setara dengan popularitas yang disambut gembira pada kecapan pertama lalu setelahnya, seorang  popular harus sibuk mengenakan kacamata hitam ke mana-mana. Yang berlangsung kemudian adalah adalah sejenis rasa takut dan bimbang
Begitu pula dengan ketuaaan. Menjadi tua, akhirnya adalah mempersiapkan seluruh kehilangan masa muda. Begitu banyak makanan yang kita suka,  penontonnya. Semua hak-hak bergembira telah diambil oleh anak-anak muda dengan orang tua cuma bisa meminggir dan kehilangan peramasa tua itu untuk benar-benar datang. Saya belum terlalu tua, tetapi ketuaan itu merambat dengan pasti dan tinggal menuggu waktu saja.
Saya percaya masa tua memang masa kehilangan banyak sekali. Tetapi saya tidak karena itu sedang meneliti, masa tua seperti apa yang sedang saya persiapkan, agar saya tak melulu banyak kehilangan tetapi juga banyak mendapatkan.
Saya percaya masa tua, masa muda, masa kecil, masa dewasa dalamnya. Maka kini, setiap saya menatap rambut rontok, muka berkerut, gigi goyang dan sakit pinggang yang makin sering menyerang, saya tak cuma diserang rasa kehilangan, tetapi juga rasa mendapatkan

Rabu, 20 Oktober 2010

Guru adalah Agen Perdamaian

Ilustrasi: Kepala sekolah kerap melakukan tekanan-tekanan terhadap guru-guru kritis dengan secara lunak dan kasar. Jika di sekolah swasta pasti dilakukan pemecatan oleh yayasan, di sekolah negeri pasti dimutasi ke daerah terpencil.

Guru perlu aktif mempromosikan nilai-nilai kewarganegaraan, perdamaian, dan keberagaman. Sebab, guru mengemban misi menyiapkan generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab.

Guru juga harus membekali muridnya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup.

Hal itu merupakan bagian dari seruan bersama para pemimpin lembaga internasional untuk memperingati Hari Guru Internasional yang jatuh pada hari Selasa (5/10/2010).

Seruan bersama di Jakarta itu datang dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNESCO), Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef), Program Pembangunan PBB (UNDP), Organisasi Buruh Internasional, dan Education International.

Para guru berperan untuk membangun harapan bangsa yang ingin memiliki generasi cinta damai dan hidup harmonis dalam keragaman. Sebab, banyak anak-anak saat ini mengalami trauma akibat menyaksikan kekerasan yang ekstrem, mengalami kehancuran rumah, dan kehilangan anggota keluarga.

Seruan dunia kepada guru itu, kata Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia Suparman, amat relevan dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia saat ini. Guru perlu ikut aktif memulihkan kondisi sosial masyarakat dengan mengampanyekan penghentian segala bentuk kekerasan dan konflik. Di sekolah, guru harus menerapkan sikap antidiskriminasi dan memahami keberagaman.

Pengamat pendidikan HAR Tilaar mengatakan, gesekan-gesekan sosial sering terjadi sebagai konsekuensi masyarakat Indonesia yang semakin tidak mengenal budaya Nusantara.

Pendidikan nasional tidak lagi memperkuat kebudayaan bangsa yang seharusnya diajarkan di sekolah. Ini terjadi karena pemerintah tak lagi menyatukan kedua unsur itu dalam satu departemen: pendidikan dan kebudayaan.

Tilaar menegaskan perlunya memperkuat pendidikan multikulturalisme di sekolah. Upaya itu penting untuk membentuk generasi muda yang mampu menghargai perbedaan budaya, agama, dan suku, serta keragaman lainnya.

”Pendidikan yang didesentralisasikan justru bisa mengancam. Bagaimana mau menyatukan bangsa Indonesia kalau guru terpaku di satu daerah. Ini karena guru sekarang jadi milik bupati atau wali kota,” katanya.

Setelah berbagai konflik melanda Indonesia berlatar belakang perbedaan agama dan suku, guru-guru mulai menyadari pentingnya membekali siswa dengan pendidikan damai.

Pendidikan damai


Seperti di Sulawesi Tengah dan Maluku, guru-guru yang difasilitasi World Vision Indonesia melalui Wahana Visi Indonesia (WVI) mengembangkan pendidikan damai yang dinamakan pendidikan harmoni.

”Pendidikan harmoni merujuk dari pendidikan damai. Kami ingin memastikan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan, hak asasi manusia, multikulturalisme, dan perlindungan anak terintegrasi dalam kurikulum SD,” kata Frida Siregar, staf WVI untuk Pendidikan Damai Wilayah Sulawesi dan Maluku.

Pendidikan harmoni lahir dari semangat penyatuan dalam keberagaman. Kompetensi nilai harmoni yang dikembangkan adalah harmoni diri (tanggung jawab, keyakinan pada ajaran agama, kepercayaan); harmoni sesama (penghargaan, kejujuran, kepedulian); serta harmoni alam (ramah lingkungan, melindungi, kewarganegaraan).

Menurut Frida, dari hasil penelitian awal WVI di Palu dan Poso tahun 2009 ditemukan bahwa pemahaman akan perbedaan suku dan agama yang ada di masyarakat masih lemah. Masih ditemukan anak dengan agresivitas tinggi, rasa dendam, dan enggan berinteraksi dengan teman yang berbeda agama.(Koran Kompas 06 Oktober 2010)

Jumat, 15 Oktober 2010

Hadiah Ulang Tahun Untuk Ibu…

Dijaman saonari on, somal do dirayahon halak ari ulangtahunna, tarlumobi ma di angka naumposo, nang dakdanak. Manang na bohama tahe dibahen lao manghalashon ari hajajadi i. Ai tohodo, ringkot do i sude, asa boi mamereng iba tu pudi, manaili, nunga olat ni dia niulahon di hasiangan on, jala di ari hajajadi i pe tong do boi gabe tingki niba mangaranap tu jolo, aha nanaeng siulaon diari nanaeng ro.
Di huta naribur, songon di kota-kota besar, olo do dibaen perayaan ulang tahun perak ninna, ima molo nunga 25 taon, jala ulang tahun emas ninna molo 50 taon. Marmassam do anggo sara ni jolma lao mamestahon on, boi dohonon mamereng tu sibahenon ni tangan  ni sasahalak do i. Molo attar siadongan do, olo do digokhon sude angka dongan sahutana, dongan sakarejo, dongan sapunguan/arisan, nang dongan sakantor. Alai adong do holan dijabu, holan di patupa na margoar sian manuk, dungi martangiang ma.
Songoni do nang disada keluarga. Nian anggo inanta on dang pola be diharingkothon angka sisongon on, mardomu nunga ulangtahun pa limapuluonomhon nama. Nunga matua daging, ai dang pola be sipestahonon i, pasuda-suda sibaenon, hape haporluan na asing tu angka parsikkola nang tu haporluan siganup ari godang dope. Ima anggo dirohani ni NanTarida saleleng on. Dang hea dirayahon ibana ianggo ari hatutubuna, jala olo do sipata lewat sambing dang diboto ibana ala angka ulaonna na tung mansai godang. Sahat rodi umurna limapuluh taon, iannakkon na na tolu i nunga karejo sude, nunga tammat sikkola, jala nunga boi mangalului ngoluna be.
Disada tikki, di na sopamotoan ni ibana, marrapot ma anakkonna na tolu on, dohot nioli tunggane dolina, amanTarida. Ia isi ni rapot ni halakon, ima laho mambaen pesta perayaan ni ulang taon ni natoras na boru, inongna. Ditahi nasida ma, aha na naeng sipatupaon nasida di inongna, jala ikkon na pas ma tu inongna nian. Ai akka anak na burju marnatua-tua do ango ianakkonna on, na ingot di di natorasna.
Didiok si Tarida, sihahaan i ma, “Boha molo horung ta tuhor,….”.
“Unang ma adong do horung ni inong, jala muse arga do i, na asing ma tapillit,..boha molo baju, ai huparate-atehon na piga bulan on, songon naso hea do ganti baju ni inong, jadi baju-baju ma ta tuhor” ninna si Padot, anakna sipaidua.
Ro siapudan, “ah…annon dang pas, hape naeng mambaen sada ‘kejutan’ do hita,”
Dungi didok amongna ma, ala dibereng songon na tabo pakkataion ni anakna natolui “Songonon ma i, rap mangan hita, ta baen ma partangiangan na met-met madok hata mauliate hita di Tuhanta ala dilean do ganjang ni umur di inongmu, dungi molo tung talean pe annon baju dohot horung na met-met manang akka dia na asing, disima dung sidung mangan tapasahat. Taingot-ingot ma, aha sipanganon lomo ni rohani inongmu, ima tapatupa. Annon molo dung lao ibana manang na tudia, taloppa ma dijabu, asa tung las rohana”
“Olo amang” ninna nasida, huhut las rohana ala satolop do hape amangna tu nasida laho mambaen sipalas roha ni inangna. Anggo sileanon i, nunga mardos roha nasida, bahan kebaya nama leanonna.
“Boha molo taloppa sop ulu ni dekke?…ai molo mangan hita, sai ulu ni dekke do di inong, jala hea do didok, holan uluna do solomanna,…ima taloppa tabo jala denggan, asa las rohani inong.” ninna siappudan mandok
“Ido tutu anaha,…ai mulai sian na sohot hami, sai didok do, uluna solomanna…” ninna amana mangalusi. Dos ma rohana, di parade ma na hombar tusi.
Dipahobas ma pangaloppaan, dipalas ma aek, dipature nasida bumbu, dilului ma ulu ni dekke tu pajak, jala massai las rohanasida mangulahonsa. Adong mandogol sabe, adong makkarejoi bawang. Las situtu do rohani amanTarida, ama nasida i, mamereng anakkonna, ala diboto do hape mambaen na tupa tu inongna.
Tutu ma dah, dapot ma ditikkina, dung martahi botari, nunga mulak nanTarida tu jabu, nunga loja ibana sian pargurendean pararikamis, alai sian naso panagaman ni rohana tor dibuat niloina amanTarida ma aek na tonggi na nigulaan si inumonna, jala nanTarida pe, longang ma rohana, songon na so hea. Nang songonipe tahe anak na siangkangan holan hundul ibana pittor kusut-kusut ma patna,, gabe songon na tamba ma longang nin rohana. Disukkun ibana ma “Aha namasa??”
Alai danga dong na mangalusi, dungi didok anakna siampudan ma “Inong, beta ma mangan nunga hu lompa hami, na tung mansai tabo situtu di inong”. Lam martamba-tamba ma longang ni rohana, sai dipikkir na marnipi ibana, alai dioloi do anakkonna i, ala nunga sai ditogihon.
Dibukka ma tutup ni sipanganon i, jala dibereng ma sipanganon ulu ni dekke i disi, sian uapna dohot sian rupana, nunga tung mansai hushus situtu. Rap mandok ma nasida “Selamat ulang tahun, inong, nion ma sipangangon soloman mi ” huhut ma di umma hurum ni inong na i
Dang jalo dialusi nai Tarida, alai manetek ma iluna, ro sian simalolongna.
Marsigoitan ma namartinodohon, rap dohot amana, jala marsusip-husip ma na sida, mandok, sonang ni rohani inong na manjalo sipanganon i, sampe tangis tarilu. Mekkel ma nasida na opat, mekkel suping, las roha na sida ala dibereng, tangis inong na i ala pambahenan na sida di ari ulang tahun i, molo dihata sisaonari dipikkir nasida ma ro ilu ni inanai ala ni na terharu.
Songoni do nang Amani Tarida, dibereng ma suasana i, nunga hohom be didok ibana ma ” Buat ma attong, asa las rohani anak mi, ai nunga sadari nasida paturehon i, diboto do soloman ni rohami”.
Nang pe sai ro dope ilu ni Nai Tarida, alai didok ibana ma hatana ninna ma ” Dihamu anakku, dohot ho among ni dakdanak, nga tung mansai las rohakku ala di ingot hamu dope hape ari hatutubukku, tohomai mandok mauliate do au, nang pe tu hamu gellenghu, na huhaholongi. Holan on ma si ingoton muna..” Sip ibana satokkin, jala dipanotnoti ibana akka anakkonna na tolu i, huhut idaon songon na las roha na sida.
“Mulai sian na tubu au, sahat ro di marhamulian au tu ho bapak ni si Tarida, dang hea huallang uluni gulamo, uluni manuk, gair-gair ni manuk, ai huboto do soadong siallangon sian i. Ai holan holi-holi do disi, jadi dang adong dai ni i. Ise ma halak na olo marhasoloman tu uluni gulamo? ndang adong. Alai ingot hamuma, huallang jala hudok pe lomo rohakku mida i ala soadong do hamu mangallang i, asa dihamu do akka tonga-tongana, akka sibukna, asa unang marisuang sipanganon i, holan na manarihon hamuna do. Ai anggo diau, umporlu do hamu sude, molo nunga butong hamu mangan rap mekkel, nunga sonang rohakku, agia pe holan ulu ni gulamo i di au. Ai di ingot hamu do mulai sian na menek hamu? adong do na olo hamu na opat mangallang ulu ni gulamo?? dang adong, sude do margulut tu sibukna, ujung na di au ma uluna. Nang pe songoni, mauliate do dohonon ala di ingot hamu dope hape sadari on …..” huhut ma sai manetek iluna.
Holan dibege songoni, mangandung ma anak na natolu i sude, di haol ma inong na i, dang tardok nasida be manang aha. Dang hape ditanda nasida ise inong na i.
—o O o —
Sering kita melupakan hal yang sepele dari orang-orang yang kita cintai, sering kita salah mengerti akan apa yang mereka perbuat ketika kita bersama-sama dengan mereka. Sebenarnya kita tidak tau, bahwa kadang mereka berbuat sesuatu hanyalah untuk menyenangkan kita, dan karena kebesaran jiwa dan rasa cinta kasih kepada kita, sering mereka melupakan kesenangan mereka, demi kita. Kadang kita cuma bisa melihat apa yang dilihat oleh mata kita sendiri, tanpa memikirkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh mata hati kita. Kita bisa seperti ini hanyalah karena kasih dari orang – orang yang mencintai kita, karena pengorbanan mereka dan karena cinta mereka kepada kita. Demi cintanya seorang ibu kepada anak-anaknya, si ibu sanggup tidak membeli baju baru hanya untuk memenuhi kebutuhan si anak.
Hanya dengan kekuatan cintalah si ibu bisa bangun pagi-pagi benar untuk menyiapkan sarapan pagi bagi kita dan segala kebutuhan kita. Tanpa rasa malu dan bau busuk seorang ibu sanggup menjadi pemulung dan mengumpulkan sisa-sia makanan dari rumah makan untuk dijadikan pakan ternak, dijual untuk memenuhi kebutuhan kita.
HAnya karena cinta, seorang ibu tahan berlama-lama bekerja di sawah dan diterpa hujan dan matahari. Hanya karena cinta, seorang ibu mau berdiri selama berjam-jam di bus kota menjajakan penganan untuk mencari sekeping logam, buat beli makanan anak-anaknya. Itulah keperkasaan dari tangan seorang perempuan yang bisa mengubah dunia.
Ungkapkanlah cinta dengan rasa peduli pada orang-orang yang kita kasihi di sekeliling kita.

Suhutan on di Pasahat tu Inang Simatuangku  ( Op.Rudy Br Hutabarat) Ultah ke 81

Senin, 11 Oktober 2010

RENUNGAN SEORANG GURU

Tak ada yang menarik padamu
Rupamu biasa saja, bahkan senderung lelah
Setiap hari bangun pagi dengan cita-cita mencerdaskan bangsa
Tapi siapa yang peduli dengan kecerdasanmu?

Banyak seminar yang kau jalani
Tapi tak banyak yang berarti
Semua hambar tanpa rasa, bak masakan tanpa garam
Tapi siapa yang peduli dengan rasamu?

Setumpuk materi yang harus kau jajalkan kesiswamu
Mencapai target penguasa atasmu
Untuk mencapai prestise dan decak kagum buat pimpinanmu
Siapa yang peduli dengan kelelahanmu?
Kompetensi yang selalu dituntut darimu
Rengekan untuk masa depan anak yang selalu mengejarmu
Tindak tandukmu selalu dilihat sebagai standar moralmu
Siapa yang peduli dengan bebanmu ?
Panggilan sertifikasi juga kuharapkan....
Persiapan fortofolio dipersiapkan....
Segala arsip dipungut....
Harapan sirna ditelan kata..selera....

Jumat, 08 Oktober 2010

Gila Jabatan dan Jabatan Gila ............ (!?)

Oleh : Tigor Damanik SH
" ............... Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon, i do i lului na deba, di na deba, asal ma tarbarita goar na tahe …............" (Ju dul lagu : "Alusi Au", Oleh Nahum Situmorang)
Sepenggal syair sebuah Lagu Batak Nostalgia "terkenal" yang secara letterlijk/harfiah, kira-kira artinya begini : "Kekayaan, Kesuksesan dan Kehormatan, itulah yang dicari oleh sebahagian orang. Namun ada juga sebahagian orang lain yang (mencari kekayaan, kesuksesan dan kehormatan) tujuannya hanya sekedar untuk meraih popularitas, atau asal namanya terkenal saja ...........................".
"Hamoraon" = kekayaan. Dengan memiliki harta kekayaan, bisa membuat orang dikenal dan terkenal serta dipuja-puji. Bahkan oleh orang-orang tertentu yang cara berpikirnya "ambisius", akan berusaha menumpuk harta kekayaan yang bisa sampai menghidupi anak- cucunya tujuh turunan!
"Hagabeon", berasal dari kata dasar "gabe" = berhasil atau sukses. Hagabeon berarti keberhasilan atau kesuksesan. Sukses didalam pendidikan, baik di diri sendiri, di diri istri dan di diri anak-anak beserta seluruh keturunannya. Karena dengan memiliki hagabeon, sukses atau berhasil didalam pendidikan, dalam arti seluruh keluarganya bergelar sarjana/berpendidikan, sudah itu berpangkat dan berjabatan pula, bisa membuat seseorang, bukan hanya dikenal dan terkenal, tetapi juga disegani dan dihormati.
Sedangkan "Hasangapon", berasal dari kata dasar "sangap" = dihargai atau terpandang. Bisa juga berarti disegani dan dihormati. Atau juga, bisa diartikan sebagai kehormatan dan kebahagiaan. Dihargai dan dihormati oleh masyarakat dan lingkungannya, antara lain oleh karena yang bersangkutan kaya raya, karena sarjana atau karena berpendidikan tinggi lainnya, dan atau karena berpangkat dan berjabatan.
Akan semakin lebih dihormati lagi bilamana orang yang memiliki harta kekayaan tersebut ternyata juga memiliki iman yang teguh, penuh kasih, suka dan mudah beri-memberi, berperilaku bijaksana, rendah hati, sopan dan santun serta ber- empati.
Pure Competition
Berupaya untuk bisa menjadi kaya-raya, meraih sukses dan mendapatkan kehormatan serta kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang wajar dan manusiawi. Asal saja cara untuk mendapatkan kesemuanya itu dilakukan dengan kerja keras, penuh semangat, jujur dan tidak berefek samping negatif terhadap orang/pihak lain.
Antara lain, bahwa cara untuk mendapatkannya tidak sampai membuat orang/pihak lain menjadi mengalami kesulitan, apalagi sampai mengalami penderitaan. Tapi dilakukan dengan cara-cara pure competition (bersaing secara murni), yakni dari perilaku jujur, bukan dari hasil sikut-sikutan!
Sebab fenomena kehidupan manusia dewasa ini, entah karena mungkin sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber pangan dan kesempatan yang sudah semakin sangat terbatas, ditambah lagi karena watak "serakah" manusia, sehingga semangat untuk ber- "pure competetion", oleh sebahagian orang ("dinadeba") bahkan oleh banyak orang dijauhi, bahkan terkesan dikesampingkan atau kalau bisa ditiadakan!
Ber-pure competiton atau bersaing secara murni, dengan asumsi bahwa mental dan moral manusia masih dalam keadaan wajar/standar, tidak akan ada alasan untuk menyatakan, khususnya bagi yang akan berkompetisi, bahwa pure competiton tidak bisa dilaksanakan, antara lain karena semakin banyaknya para pesaing. Sehingga untuk dapat memenangkan atau dimenangkan didalam suatu kompetisi/pertarungan, mereka sampai berdalih, memerlukan sejumlah uang dari kocek untuk "menyogok" si pemilik kewenangan.
Sedangkan panitia seleksi (pansel) institusi berdalih, oleh karena gaji dan kesejahteraan yang masih belum mencukupi, bahkan sangat minim, maka diopinikanlah bahwa menerima sogokan dapat dihalalkan sebagai alasan pemaaf.
Perihal halal dan haram, seorang rekan pernah menyatakan bahwa tidak ada uang haram. Yang ada, adalah bagaimana cara untuk mendapatkan uang tersebut, apakah dilakukan dengan cara-cara halal, atau sebaliknya dilakukan dengan cara-cara haram, yakni didapat karena melakukan penyimpangan atau pelanggaran hukum?
Sehingga kurang lebih sama, bahwa dalam hal mendapatkan jabatan atau keberhasilan/kesuksesan-pun, apakah juga dilakukan dengan cara-cara pure competition (persaingan murni), atau sebaliknya dilakukan dengan cara onerlijk concurentie (persaingan curang) yang tidak mengindahkan etika atau bahkan sampai melawan dan atau melanggar hukum/ketentuan?
GJ dan JG
Saat ini, patut diduga bahwa banyak dan bahkan hampir semua institusi, dimana para pejabat/petingginya, yang dengan berdalih penilaian pegawai/pejabat berbasis kinerja dan kompetensi seringkali mengabaikan etika organisasi. Antara lain, bahwa banyak pegawai yang belum lama bekerja/berkarya di sebuah institusi (memang yang bersangkutan jebolan universitas) sudah menjabat jabatan tertentu. Strategis dan tinggi pula jabatannya! Menyingkirkan dan melengserkan orang- orang yang nota bene sudah lama (berkarat) mengabdi di institusinya, padahal si senior sebenarnya juga memiliki kompetensi (kemampuan).
Mengapa? Antara lain karena memang sudah "diskenariokan" dengan ber-asaskan nepotisme, koncoisme dan kedekatan dengan pusat kekuasaan. Atau karena si junior "new comer" yang sudah dikenal "sesaat" dan sudah memperkenalkan diri sebelumnya tersebut, tampak piawai "menjual" presentasinya (teoritisnya) di depan para petinggi institusi.
Sehingga apa yang terjadi? Bukan hanya suasana tidak kondusif yang terjadi didalam institusi, bahkan sering terjadi perlawanan/rongrongan dari para senior yang "cemburu" dengan mengerahkan berbagai daya dan upaya yang bertujuan untuk melemahkan institusi. Terjadi gesekan-gesekan negatif yang berakibat institusi akhirnya menjadi berkinerja buruk. Bahkan tidak jarang terjadi penyimpangan, fraud (kecurangan), institusi tergerus korupsi/manipulasi dan atau kebocoran keuangan.
Orang GJ (Gila Jabatan), akan berusaha sebisa mungkin dan dengan sekuat tenaga dan pikiran, serta dengan segala daya dan dana, agar bisa gol untuk menduduki suatu jabatan tertentu dengan cara-cara yang "gila". Pro aktif melakukan pendekatan "ala mafia" ke pusat sasaran kekuasaan dengan cara menyogok, merekayasa, mengumbar janji-janji dan angin surga, dan lain sebagainya, sehingga segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan mulus.
Ketika sedang menduduki jabatan, berbagai penyalahgunaan jabatan, mendewakan dan pendewaan jabatanpun dilakukan sehingga jabatan tersebut menjadi JG (Jabatan Gila). Menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan berbagai keuntungan atau rejeki dari cara-cara yang tidak mendidik. Biasanya tanpa merasa risih dan atau rasa sungkan, orang atau kelompok type seperti ini akan cepat-cepat "mendepak" para bawahannya yang dicap sebagai pesaing dan atau penghalang berbagai rencana dan perbuatan negatifnya.
Pemimpin "karbit" juga termasuk dalam kategori produk yang cara perekrutannya dilakukan melalui proses dan modus GJ dan JG. Tentu kita pernah merasakan, bahwa ketika kita memakan buah yang dari hasil karbitan, meski bentuk fisiknya cantik dan ranum, tidak jauh beda dengan buah "matang dipohon", namun rasanya kecut, hambar alias tidak enak.
Pemimpin dari hasil proses karbit, meski terlihat gagah dan tambun, namun kompetensi (technical skill, managerial skill, apalagi conceptional skill dan psicologic skill-nya) masih sangat dipertanyakan/diragukan. Bak buah karbit yang rasanya kecut, hambar dan tidak enak atau tidak nikmat, jika diibaratkan pemimpin, pemimpin karbitan (yang matang/masak dengan cara dipaksakan) biasanya juga tidak enak, tidak bijaksana sehingga tidak disukai oleh para bawahannya, oleh rakyatnya atau oleh masyarakatnya!
Mungkin masih akan lebih enak atau lebih nikmat rasanya pemimpin yang sudah "matang dipohon", meskipun barang kali pemimpin tersebut tidak dan atau belum mengantongi SK (Surat Keputusan) pengangkatan (kembali) jabatannya ............. (!?).
Penutup
Uang haram tidak ada. Tidak ada pula jabatan gila. Yang haram dan yang gila mungkin hanya cara untuk mendapatkannya saja. Yakni mendapatkan uang dengan cara tidak halal atau haram (melanggar hukum), dan mendapatkan atau untuk menduduki suatu jabatan tertentu, yang biasanya "pasti basah" atau paling tidak "berlumpur", yakni dengan cara-cara gila (melanggar etika dan hukum), antara lain melalui "by pass" ke pusat kekuasaan, rekayasa/aturisme, karbitisme, koncoisme, nepotisme dan berbagai cara serta trik lainnya .
Tidaklah salah jika setiap orang berusaha untuk mencari dan mendapatkan : "Hamoraon (Harta kekayaan), Hagabeon (Kesuksesan/jabatan) dan Hasangapon (Kehormatan, kebahagiaan dan kesejahteraan), asal saja cara-cara mencari dan mendapatkannya wajar dan dilakukan secara pure competition.
Kalimat dari sepenggal syair lagu nostalgia "terkenal" tersebut diatas adalah sesuatu hal yang wajar untuk diaplikasikan didalam sebuah kehidupan. Asal saja cara untuk mendapatkan ke- 3 H (Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon) tersebut dilakukan melalui cara-cara yang wajar, halal, jujur dan adil yang tidak membuat orang/pihak lain menderita karenanya.
Terutama, biasanya ini terkait didalam praktek Pemilukada. Karena banyak diantara calon Gubernur, Bupati dan Walikota yang ingin menduduki jabatan tersebut dengan slogan: "Vini, Vidi, Vici ", yakni siap datang/ikut, siap main/bertarung dan siap pula menang. Tapi ....... mengapa tidak siap untuk kalah??
Buktinya, bahwa hampir setiap calon kepala daerah yang kalah dalam Pemilukada selalu merasa tidak puas atau tidak menerima putusan KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) sehingga berlanjut melakukan gugatan ke MK (Mahkamah Konstitusi) padahal umumnya hanya bermodalkan alasan sumir dan minim, bahkan ada yang sampai "membeli saksi " agar gugatannya dikabulkan, namun sangat jarang gugatan mereka (pihak yang kalah) diterima oleh MK.
Bahkan masih ada lagi ketidak-puasan lain. Jika keputusan MK menolak gugatannya, mereka (pihak yang kalah tersebut) pasti akan menyatakan dan mencap bahwa MK itu tidak adil, atau MK itu arogan, atau MK itu tidak berwenang untuk mengadili perkara Pemilu, termasuk Pemilukada, dan lain sebagainya.
Padahal mereka, yang nota bene para pejabat teras daerah (baik incumbent maupun yang non-incumbent) ternyata belum secara jelas menyimak dan memahami peraturan, terutama materi UU RI No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, khususnya pasal 10 ayat 1 huruf d yang menyatakan bahwa : " MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum", termasuk Pemilukada!
Sehingga, ke depan, janganlah sampai ada lagi calon pemimpin sebuah institusi (sipil maupun non-sipil) dan atau calon kepala daerah di negeri kita tercinta, bahwa untuk memperoleh/mendapatkan jabatannya harus menganut dan memeluk faham (anekdot) : "Kacang bogor, biar tekor asal kesohor!". Alusi au, dengarlah aku .............. ***

Kamis, 07 Oktober 2010

GOAR-GOAR NI GONDANG GONSI BATAK TOBA.

Angka onma goar-goar ni gonsi naung huparguruhon sian angka dongan pargonsi dohot sian angka natua-tua naumboto ruhut ni gonsi
GONDANG NAPITU :
1. Gondang mula-mula
2. Gondang somba-somba
3. Gondang sampur marmeme
4. Gondang didang-didang
5. Sampur marorot
6. Gondang simonang-monang
7. Gondang sitio-tio
Gondang napitu on dipangido hasuhuton ditingki mambuat tua ni gondang.
Mangihuthon hatorangan ni angka natua-tua ndang apala sipangidoon ni suhut gondang hasahatan, Raja panggohi do mangido i.
Gondang tu Mulajadi taringot tu panompa na dihasiangan dohot hajolmaon.
8. Gondang Debata Mulajadi
9. Gondang Debata Guru
10. Gondang Debata Asi-Asi
11. Gondang Mula Jadi
12. Gondang mula horas
13. Gondang mula iang
14. Gondang mula paningaon
15. Gondang mula songti
Gondang pangidoan ni harajaon hagabeon dohot parhorasan
16. Gondang siatur maranak
17. Gondang siatur marboru
18. Gondang siatur marpahompu
19. Gondang siatur marnini marnono
20. Gondang siatur mar ondok-ondok indik-indik
21. Gondang namarhaha maranggi
22. Gondang sibane-bane
23. Gondang saurmatua
24. Gondang saudara
25. Gondang harajaon
26. Gondang satahi saoloan
27. Gondang amana/boruna
28. Gondang parjugia sopipot
29. Gondang paramak sobalon on
30. Gondang parrambuan so ra mahiang
31. Gondang siantan sidabuan siboto buhu ni taon
32. Gondang siapul na tangis sielek na mardandi
33. Gondang sahala pangajari/panuturi
34. Gondang sidas-das boru muli
35. Gondang siapoi anak mangoli
36. Gondang olop-olop
37. Gondang rompulima hotang marulak
38. Gondang mangaliat
39. Gondang sunini ampang naopat
40. Gondang tarsingot tusahala dohot napinarsahalaan ni mula jadi
41. Gondang batara guru (tuhan debata)
42. Gondang bala bulan
43. Gondang debata sori
44. Gondang sori mangaraja
45. Gondang sorba di banua
46. Gondang sibagot ni pohan
47. Godnang sariburaja
48. Gondang siraja biak-biak
49. Gondang puraja bonang-bonang
50. Gondang sijonggi raja pareme
51. Gondang Simarimbulubosi
52. Gondang Singamangaraja
53. Gondang patuan nagari patuan anggi
54. Gondang Sagala raja
55. Gondang Silahisabungan
56. Gondang pagar ni aji
57. Gondang Nairasaon
58. Gondang dung dang soaloon mataniari sosuharon
59. Gondang Raja Buntal
60. Gondang Raja Uti
61. Gondang Raja Mangalambung
62. Gondang sipongki nangolngolan
63. Gondang tuan ni api
64. Gondang sijonggi paok-paok
65. Gondang sijonggi bujur
66. Gondang tuan jori ni tangan
67. Gondang tampar dasar
68. Gondang pangurason
69. Gondang pane nabolon
70. Gondang pusuk buhit
71. Gondang sianjur mula-mula
72. Gondang simanuk-manuk
73. Gondang dolok surungan
74. Gondang dolok tolong
75. Gondang banua holing
76. Gondang naga baling
77. Gondang padoha
78. Gondang taringot boru (naung dianggap dewi)
79. Gondang siboru deak parujar
80. Gondang si boru donda hatahutan
81. Gondang siboru saniang naga dilaut
82. Gondang si boru Naipospos
83. Gondang siboru daeng namora
84. Gondang siboru parmual sitio-tio
85. Gondang siboru pinta maomasan
86. Gondang siboru saroding
87. Gondang siboru parhorasan
88. Gondang siboru pareme
89. Gondang boru nasindar dolok
90. Gondang siboru tumbaga
91. Gondang siboru lopian nauli
92. Gondang sipiso somalim
93. Gondang situan jori ni tangan
94. Gondang siboru tapiomas palangki
Goar-goar ni gondang naposo bulung
95. Gondang siburuk
96. Gondang sibane doli
97. Gondang sitapitola
98. Gondang siboru illa-illa
99. Gondang siboru enggan
100. Gondang siboru sanggul miling-iling
101. Gondang sibunga jambu
102. Gondang pinasa sidung-dungon
103. Gondang sibintang purasa
104. Gondang silote dolok
105. Gondang alit-alit aman jabatan
106. Gondang marhusip
107. Gondang parhabang ni siruba
108. Gondang sahali tuginjang sahali tutoru
109. Gondang tohur-tohur ni bajar-bajar langit somatombuk tano somagang-gang
110. Gondang pidong patia raja
111. Gondang pidong imbulu buntal
112. Gondang anduhur titi, anduhur tabu
113. Gondang sipitu dai
114. Gondang ni pargonsi sisia sauduran pulik pulik pandohan.
Goar-goar ni gondang monsak
115. Gondang haro-haro mandailing
116. Gondang silima-lima ni hurlang
117. Gondang siratutuslimapulu
118. Gondang tongging
119. Gondang ni napuran silima sabobohan sisada haroburan

Kata-kata mutiara tentang cinta

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.

Selasa, 05 Oktober 2010

3 Hal dalam hidup

3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan

Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti^^

Time is free but it's priceless, u can't own it but u can use it. U can't keep it but u can spend it =)

Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.
*Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah^^

Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan.
*Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya^^


3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan

Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.

Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.

Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita^^

Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan^^


3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta

Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.

Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.

What is the difference between blood and friend?
>>Blood enters the heart and flows out, but friend enters the heart and stay inside.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan^^

If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more

Let Me Go with You, Socrates! ( Suara Merdeka Semarang)

Setiap melihat diriku, orang-orang selalu mengira aku seorang pujangga. Sesering mereka mengatakan ya, sesering itu pula aku mengatakan tidak.
“Aku bukan seorang pujangga. Kenapa kalian tak pernah mengerti? Berhentilah menjadi orang bodoh!”
“Ah, Fran, tidakkah kau sadar, ini bukan tentang apa yang keluar dari mulut kami, melainkan tentang semua yang ada pada dirimu!”
“Tapi aku bukan pujangga, sungguh, aku hanya seorang yang kerap melontarkan hal-hal yang indah, menyentuh, melankolis, sentimentil, dan puitis berdasarkan naluri spontan yang teronggok dalam benakku. Kalian tahu jika semua itu tak segera kukatakan atau kulakukan, kepalaku bisa sakit!”
“Spontanitas-mu membuatmu menjadi pujangga!”
“Ketidak-adilan hiduplah yang membuatku begitu sering berceracau tentang diriku, tentang alam dan bahkan sang Pencipta, itu hanya luapan buih-buih hati yang tak sempat kupendam! Tapi itu tidak serta-merta membuatku menjadi pujangga! Mengertilah…, mengertilah…”
“Kenapa kau begitu benci menjadi pujangga? Bukankah itu sebuah potensi yang membuatmu menjadi figur terkenal?”
“Hahahaha, terkenal? Lupakan! Kalian pikir aku orang yang kemaruk pada popularitas dan haus akan aktualisasi diri? Kalian salah besar. Dan maaf, aku bukan Socrates, Plato, atau Aristoteles…, aku bukan Shakespeare! Jadi berhentilah bersikap seolah aku akan benar-benar perlu menjadi seperti mereka.”
“Apa pun yang kaukatakan Fran, kau tetaplah seorang pujangga bagi kami. Setiap kata yang terlontar dari mulutmu adalah inspirasi. Kami ingin seperti dirimu Fran…”
“Terserahlah, aku lelah. Kalian boleh menjadi siapa pun jika kalian mau, tapi tolong jangan paksa aku untuk menjadi siapa pun selain diriku sendiri, kelak akan kubuktikan bahwa aku bukan seorang pujangga!”
***
Percayakah kau, jika terlalu lama mendekam dalam ketidak-pastian nasib, kenisbian waktu, ketidak-pedulian masa dan keangkuhan zaman, maka hari-harimu akan semakin mengecil, meranggas, kehilangan rona dan warna, berkerut dalam retina matamu, dan kemudian yang kaulihat hanyalah seonggok dunia abu-abu? Ya, abu-abu karena warnanya telah kau telan bulat-bulat saat tak ada lagi yang kau santap saat perutmu lapar. Sebab rona cerahnya telah kaugadaikan saat tak sepeser pun rupiah yang tersisa dalam saku-saku celanamu yang kusut masai demi membunuh rasa sakit dan nyeri di tubuhmu!
Maka, bagiku persaudaraan adalah inskripsi yang melompong, hampa tergerus idealisme hipokrit yang memompa busa dari mulut-mulut orang yang tidak pernah mengenal rasa getir! Bagiku empati adalah permata safir di tengah kubangan lumpur congkak, namun ia kini seperti barang langka yang terancam punah.
Amat banyak manusia penganut egoisme kronis yang mulutnya mengobral retorika, mengipas-ngipas keangkuhan, sembari berkata: “Dengar, seisi dunia boleh meluncur ke neraka selama mereka tidak perlu menjadi seperti aku!” Menjijikkan, bukan??
Pun dari mereka, menjamurlah komunitas yang terlalu mudah menjadi hakim bagi orang lain, komunitas ‘Ge-eR’ yang dengan sangat self-confident berteriak lantang: ‘Kamilah pewaris surga, di luar kami, neraka bagi mereka!’ Mereka dengan sangat pe-de mengaku sebagai penjunjung sejati kerajaan Allah sang Khalik, setidaknya menurut mereka sendiri. Padahal tak sedikit yang tak peduli. Karena bagiku, mereka tak pernah mendalami makna tentang ke-fakiran yang hampir selalu bersanding dengan ke-kafiran. Idealisme mereka tentang persaudaraan hanya mencuat di ruang-ruang akademisi, ruang yang masih menjadi replika dan prototipe dari kehidupan yang sebenarnya!
Di tengah ketidak-pedulian, akulah sebatang kara. Mereka tak ingin aku ada, mereka ingin aku beranjak beberapa jengkal, beberapa hasta, beberapa depa, beberapa mil, untuk kemudian menjauh, mengecil, mengerut, meng-atom menuju tiada. Namun bagiku, hidup sepertinya terlalu mahal untuk disesali, dan aku tak akan merasa kehabisan air hingga sumurku mengering.
Sungguh, ketidak-pedulian dunia telah membuatku menikmati kesendirian, aku telah mati-rasa pada kebutuhan untuk berpegang tangan, memeluk seseorang yang ingin kupeluk, mencium seseorang yang ingin kucintai. Keangkuhan dan arogansi membuatku kebal pada naluri ingin menyandarkan kepalaku di bahu seseorang untuk kemudian menumpahkan tangis di sana.
Kesendirian, telah membuatku melupakan air mata. Aku telah lupa cara menangis, walaupun aku sangat ingin melakukannya. Cemeti rasa lapar dan kesakitan luar biasa, membuatku lupa bahwa aku adalah sesosok makhluk yang terbuat dari seonggok daging dan segumpal darah.
Namun, aku tak ingin kehilangan Tuhan dan senyumanku, aku tak sudi menjadi badut yang mencari senyum di sana-sini. Bagiku Tuhan dan senyuman adalah pamungkas yang melenyapkan segala derita dan nestapa. Dua hal itu adalah painkiller-ku, antibiotic-ku, pelindungku dari dunia yang kian hari kian menjelma menjadi sebuah bola racun raksasa. Sesaat lagi dalam waktu yang mustahil diduga, dunia akan menjadi neraka bagiku, nyaris mutlak dan tak terbantah bagi jiwaku yang terpenjara!
** 02.45: Malam ke-21 dari Episode ke-3 dalam Hidupku…
“Wahai anak pujangga, bangunlah, tidakkah kau ingin melihat surga?”, sebuah tangan kekar, menggamit bahuku, membuatku sontak terbangun dari kasur tipis yang bagiku mulai berbau tengik kutu busuk.
Lelaki itu mengenakan jubah putih dengan mahkota menyerupai surai dedaunan yang dibentuk melingkar. Aku jadi teringat mahkota duri yang dikenakan Yesus saat ia digiring ke Bukit Golgota sembari memikul kayu salib yang berkukuran hampir tiga kali tubuhnya.
“Si-siapa kau?”
“Aku adalah kau, Fran. Setidaknya orang yang ingin kau serupai…,” senyumnya seperti berkas cahaya hangat yang melelehkan hatiku yang beku.
“Yang ingin kuserupai?? Tapi, maaf, aku tidak ingin menyerupai siapa pun, cita-cita tertinggiku adalah ingin menjadi diriku sendiri tanpa senoktah intervensi dari makhluk Allah lainnya.”
Siapakah orang ini? Iblis? Jibril? Atau Izrail? Kenapa tiba-tiba ia mengajakku ingin melihat surga??
“Kau punya kapasitas untuk ke surga, Nak. Kau cukup rendah hati untuk tidak menjadi jumawa, benci diagung-agungkan sebagai pujangga. Kau masih merasa memiliki Tuhan, kau masih memelihara senyum, kau terjemahkan keputus-asaan, ketidak-pedulian nasib, kesedihan, dan kesendirianmu menjadi lukisan abstrak nan indah di atas kanvas kehidupanmu yang mulai usang, dengan tetap masih peduli pada sesama, bahkan pada orang-orang yang sama sekali tak peduli padamu!” ia kembali tersenyum, geliginya putih, seputih mutiara dengan kilap bak permata rubi di istana-istana mewah…
“Lalu, apakah semua itu sudah cukup menjadi tiket bagiku untuk melihat surga, untuk tinggal di sana? Bukankah masih teramat banyak orang-orang yang bersujud siang-malam pada Tuhan hingga kening mereka kusam menghitam demi mengharap surga? Tidakkah mereka lebih pantas dariku??”
“Ah, Fran, anakku, kenapa kau begitu naif? Tidak akan pernah satu amalan pun akan betul-betul menjadi jaminan untuk menghantar seseorang menuju surga. Semesta selalu bergerak dalam denting relativitas. Hanya Dzat Pencipta semesta yang tidak nisbi! Materi dan non-materi, perbuatan dan perkataan hanyalah item-item nisbi yang tidak menjamin seseorang untuk pergi ke surga atau neraka-Nya. Ingatlah Fran, sekepak kecil sayap kupu-kupu di Negeri Cina, bisa menyebabkan tornado besar di Amerika! Semua bisa menjadi kemungkinan atau ketidak-mungkinan!”
“Kenapa kau mengutip the Butterfly Effects? Apa kau ini James Lovelock?”
“Aku bukan Lovelock, Nak…, aku hanyalah seseorang yang ingin melepaskanmu dari nestapa tubuhmu! Sebab, sadarkah kau, saat ini, tubuhmu telah menjadi penjara bagimu?”, ia tersenyum, mengembangkan kedua lengannya seperti hendak memelukku, namun yang kulakukan malah menjauh…
SOCRATES! Hanya Socrates yang berucap seperti itu. Ya, tubuh adalah penjara bagi jiwa manusia. Aku sering mengutip perkataannya, dan seluruh hidupku kini telah menjadi eufemisme dari perkataannya yang bertuah itu!
Lelaki berjubah putih itu tersenyum penuh arti, ekspresi hangatnya terlihat puas, dan aku tahu ia telah mengetahui bahwa diriku telah menebak siapa dirinya…
Mendadak, udara subuh terasa panas, hawa panas itu menjalar ke kamarku yang berukuran 3×4 meter ini. Ah, telah lama tubuh kasar ini tak bersahabat lagi dengan gravitasi bumi, sudah tak seiring dengan udara pagi yang bagiku mulai menyesakkan dada. Pohon-pohon terlihat seperti pancang-pancang api yang terhunjam ke perut bumi, awan terlihat seperti onggokan asap hitam yang menjalar keluar dari cerobong pabrik, nyaris selalu penuh racun! Kicau burung pipit yang selalu kudengar di setap pagi menjelma raungan monster yang menyeramkan. Tiba-tiba aku merasa haus, sangat haus…
“Minumlah, Fran, kau sudah terlalu lama kehausan di dunia, maka inilah air yang membuatmu tak akan haus lagi untuk selamanya…”, lelaki yang kuanggap Socrates itu menyodorkan segelas air yang terlihat sangat nikmat bagiku. Aku seperti mengenal aroma minuman ini, namun itu tidak mungkin! Air ini adalah air surga, aku pasti belum pernah meminumnya!
Kutenggak air di gelas bening itu, hingga tak setetes pun tersisa. Hmm…, rasanya nikmat sekali!
Kemudian Socrates menyodorkan sebuah cangkang kerang berwarna-warni, indah, berkilap tak terlukiskan. Cangkang itu seolah dipelitur dengan tinta emas, saking berkilap, aku bisa merasakan cahayanya menerangi kamarku yang gelap dan memantulkan wajahku yang tirus, kurus dan letih, di permukaan cangkangnya…
Kuambil cangkang kerang itu dengan tangan bergetar…, kudekatkan ke telingaku, dan aku mendengar…SUARA DEBUR OMBAK!
Itukah suara surga??
“Kemarilah, Nak…,” Socrates mendekapku erat ke dalam pelukannya, menyelimutiku dengan jubah putihnya, mengusap rambut dan ubun-ubunku.
Kali ini aku tidak sanggup lagi mengabadikan dusta bahwa aku tidak butuh dekapan seseorang, bahwa aku kebal untuk tidak menangis, bahwa aku mampu bertahan untuk tidak memegang tangan seseorang, ingin mendekap atau didekap dan meluahkan air mataku…, kali ini aku kembali menjadi sesosok manusia yang punya rasa dan emosi…, kali ini aku sangat…, sangat membutuhkan semua itu! Sangat membutuhkan kasih sayang!
Dan kali ini, aku menangis….
“Socrates, apakah kau jelmaan arwah ibu atau ayah yang telah pergi meninggalkan aku?”
Kata-kataku hanya berjawab sunyi, lelaki itu hanya diam dan kembali mengusap ubun-ubunku penuh kasih sayang…
Ia mendekatkan cangkang kerang itu ke telingaku…
Ah…, suara laut memanggil, menjanjikan dunia yang luas tanpa batas dalam tangkupan sebuah cangkang kerang mungil. Mutiara di dalamnya adalah Pulau Surga. Tiada yang bernama kepedihan, kepiluan dan keangkuhan di sana.
“Wahai anakku, keluarlah dari penjara tubuhmu, mari menuju Firdaus yang terjanji!”
Maka kugenggam erat tangan Socrates.
“Bawa aku pergi, wahai Filsuf! Dunia ini… sudah menjadi neraka!”
Epilog: 09.45…
Pagi itu massa berkerumun di depan kamar berukuran 3×4 meter di sebuah rumah kontrakan. Di tengah kerumunan itu, sesosok tubuh terbujur kaku, dengan wajah sangat pucat dan sisa-sisa leleran buih dari mulutnya. Namun, wajah itu seolah tak terlihat seperti orang yang menderita, mulutnya seperti orang tersenyum penuh damai.
Tim penyidik dari kepolisian terlihat turun tangan, ketua tim itu memutuskan untuk membawa tubuh yang sudah kaku itu ke rumah sakit untuk menjalani proses autopsi.
Hasil penyidikan menyimpulkan, tubuh yang sudah kaku itu bernama Zhafran Syauqi dengan panggilan akrab Fran, pernah menjadi mahasiswa fakultas ilmu budaya di sebuah universitas negeri ternama di kota ini, namun dari keterangan yang dihimpun dari berbagai sumber, studi-nya terputus karena kedua orangtuanya telah tiada, dan para saudara dan sanak famili-nya menelantarkan hidupnya disebabkan nafsu serakah dan perebutan harta kekayaan orangtuanya.
Fran memutuskan untuk berhenti kuliah namun tidak pernah lagi kembali ke kampung halamannya. Ia bekerja serabutan di rantau orang, hidup menyendiri, susah dan serba kekurangan, menjauh dari keluarga dan sahabat-sahabatnya karena merasa depresi.
Dua tahun terhitung setelah ia berhenti kuliah, dokter memvonis Leukemia akut pada diri Fran. Kenyataan itu membuat Fran semakin terpuruk, namun ia menyembunyikan kesedihan dan keputus-asaannya sejauh mungkin, ia tidak ingin orang tahu tentang penyakitnya kecuali dokter. Ia tetap memelihara senyum, beribadah, dan tegar, walaupun ia juga dikhianati oleh kekasihnya yang pergi bersama laki-laki lain karena menganggap Fran seorang yang miskin dan lelaki terbuang yang tak memiliki jaminan masa depan cemerlang. Terbuang sendiri di kota besar ini.
Diduga Fran meninggal karena meminum racun serangga, karena mulutnya mengeluarkan buih dan berbau insektisida.
Zildjian atau Jian, teman satu kost Fran menemukan sebuah cangkang kerang mungil di kamar Fran, di atas kerang itu tertempel secarik kertas bertuliskan: LET ME GO WITH YOU, SOCRATES!
Lalu ada sebait lirik puisi di bawah tulisan itu:
maka, di sinilah surga itu
dan ternyata surga begitu sepi
namun aku ingin tetap di sini
sebab kuingat janji-Mu, Tuhan…
jika aku datang dengan berjalan
maka, Kau akan menjemputku
dengan berlari-lari….
Jian hanya bisa berujar dalam hati dengan mata berkaca-kaca:
“Ah, sang pujangga…, kau belum membuktikan bahwa kau BUKAN seorang pujangga!”

Jumat, 01 Oktober 2010

Negri 1001 Perjuangan

Sekali waktu, mungkin pernah terbersit dalam pikiran kita melihat sulit dan berlikunya keadaan, kita hendak  menyerah dan menarik langkah dari kancah juang kehidupan. Frustasi  dan merasa dunia mau kiamat. Puyeng karena mimpi tak kunjung berbuah kenyataan. Prestasi yang diidam-idamkan seakan hanya sebatas wacana yang tak pernah mungkin terwujud dalam realita.
Stop, jika pikiran ini mulai menggelayut di alam bawah sadar kita. Sebelum  memutuskan untuk “menarik langkah” dari pentas perjuangan ini tengok dulu kisah negri 1001 perjuangan.
Negri 1001 dengan perjuangan panjang para bunga bangsanya. Yang Lebih dari 300 tahun terkekang oleh kebiadaban para penjajah,  rentang waktu  penjajahan yang demikian panjang, ibarat kata dari kakek buyut hingga ke cicit-cicitnya menangi kejam dan bengisnya para penjajah. Mereka dimiskinkan di negri sendiri dan hidup penuh derita. Selama kurun itu pula kekayaan bangsa yang tak lagi terhitung jumlahnya dikeruk dan digondol maling bernama penjajah.
Mari  sejenak  merenung, bagaimana jika para pendahulu negri itu lantas putus asa dan menyerah dengan keadaann serba sulit itu. Gagal dan gagal hingga  akhirnya ” takut gagal”  dan tak mau lagi berusaha dan berjuang.
Tentunya perjuangan kemerdekaan itu spontan akan mandeg.  Kemerdekaan bagai mimpi disiang bolong. Kita pun tak akan pernah mengenal  sosok pahlawan besar bernama Jendral Sudirman yang meski harus ditandu  karena sakit yang bertambah-tambah tetap ” tak menyerah” memimpin pasukannya bergeriliya. Atau tak kan pernah  sekalipun kita mendengar sosok Cut Nyak Dien yang meski seorang perempuan “tak pernah gentar” berdiri dan terus berlaga dalam kancah perjuangan. Dan jutaan kisah heroik lain para bunga bangsa.
Begitu berat masa merebut kemerdekaan itu. Tak terhitung lagi jumlah nyawa yang mesti meregang untuk perjuangan ini. Lalu mengapa kita yang dizaman ini hanya ditugasi “mengisi” kemerdakaan lantas begitu mudah untuk menyerah pada keadaan. Menyerah untuk terus menempa dan membangun diri  untuk meraih kemerdekaan “diri” yang sebenarnya. Lupakah kita kisah besar negri 1001 perjuangan.