Mempertahankan Leluhur

Mempertahankan Leluhur
Desa Simatupang MUARA-TAPUT

Senin, 25 April 2011

Mengapa Diabetesi Dilarang Merokok?

Merokok memang merugikan kesehatan semua orang. Tapi untuk para penderita diabetes (diabetesi), menghisap tembakau akan memperburuk komplikasi penyakit. Pasien diabetes yang nekat terus merokok memiliki tekanan darah lebih tinggi sehingga mereka lebih sulit mengendalikan penyakitnya. Diabetesi perokok juga beresiko lebih besar menderita komplikasi seperti kebutaan, gangguan saraf, gagal ginjal dan gangguan jantung.
Profesor kimia dari California State Polytechnic University, Xiao-Chuan Liu, baru-baru ini mempublikasikan risetnya mengenai efek nikotin pada pasien diabetes. Ia meneliti contoh darah para perokok diabetes. Ia menemukan ketika nikotin bercampur dalam contoh darah, kadar hemoglobin A1c akan naik sampai 34 persen.
Hemoglobin A1c, kombinasi hemoglobin dan glukosa, merupakan indikator standar dari konten gula darah dalam tubuh. Makin tinggi kadar A1c dalam darah, makin besar pula kemungkinan protein terbentuk di jaringan tubuh, mulai dari darah, jantung atau pembuluh darah, sehingga sirkulasinya terhambat.
"Sebelumnya dokter hanya tahu bahwa merokok akan memperburuk penyakit diabetes. Tapi kini kita tahu sebabnya adalah karena nikotin. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa jika Anda perokok, meski tidak menderita diabetes, namun risiko untuk sakit diabetes sangat tinggi," katanya.
Ia menambahkan, penggunaan produk pengganti nikotin seperti rokok elektronik atau koyo nikotin tetap tidak aman karena masih mengandung nikotin.

Agar Gula Darah Tetap Stabil

KOMPAS.com - Para penderita penyakit diabetes mellitus usia lanjut harus menerima kenyataan pahit. Saat usianya sudah uzur dan hidup dalam serba keterbatasan, mereka masih harus mengatur pola hidupnya.
Masalahnya, mengubah kebiasaan atau rutinitas yang telah dilakukannya selama masa produktif, jelas bukan pekerjaan mudah. Tapi, demi kelangsungan hidup yang lebih baik, para penderita diabetes mellitus usia lanjut harus bisa melakukannya.
Berikut ini ada sejumlah pilar yang perlu diperhatikan para penderita diabetes mellitus dan kerabatnya. Pertama, rajin mengikuti penyuluhan. Penyuluhan ini tidak hanya ditujukan kepada penderita saja, melainkan pendamping hingga anggota keluarga.
Penyuluhan dapat diberikan oleh dokter, perawat, ahli gizi, serta pekerja sosial yang berinteraksi dengan penderita diabetes mellitus tipe 2. Selain pola hidup sehat, materi penyuluhan juga menyajikan teknik berkomunikasi dengan para penderita usia lanjut.
Tentu, berkomunikasi dengan pasien berusia uzur harus penuh kesabaran. "Pendekatan dengan pasien lansia tak mudah, apalagi bagi mereka penderita diabetes yang sudah ada gangguan kognitif," terang Mulyadi Tedjapranata, Direktur Klinik Medizone.
Salah satu cars efektif berkomunikasi dengan lansia penderita diabetes mellitus adalah membentuk grup kecil. Interaksi yang terjadi dalam grup itu bisa membangkitkan semangat mereka untuk terus menjalani hidup sehat.
"Setidaknya, mereka tidak merasa sendiri dan mentalnya tidak turun. Selain itu, mereka juga akan terpacu dengan keberhasilan penderita lain yang sukses menjalani hidup sebagai penderita diabetes mellitus," kata Mulyadi.
Kedua, perencanaan mengonsumsi makanan. Perencanaan makan pada penderita diabetes berusia lagjut bukan pekerjaan mudah. "Jangan lupa, mereka akan lebih sensitif, apalagi kalau ada komplikasi penyakit lain, seperti hipertensi," terang Suhanto, Kepala Bidang Pelayanan Medis RS Mediros, di Jakarta.
Perencanaan makan itu bertujuan untuk mencapai sekaligus menjaga berat badan penderita lansia pada posisi ideal berdasarkan indeks metabolisme, yakni 22 hingga 25 pada pasien laki-laki dan 18 sampai 24 pada pasien perempuan.
Bila ada komplikasi dengan penyakit lainnya, asupan serat perlu diperhatikan. Umumnya, asupan serat yang baik antara 23-25 gram per hari. Bisa juga diselingi dengan pemberian vitamin dan mineral yang cukup. Untuk itu, pasien harus berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi.
Pemberian, serat per hari ini terbagi dalam tiga porsi makan, yakni sarapan sebesar 20%, makan siang 30%, dan makan malam 25%. Ini masih bisa ditambah makan ringan dengan total 10% sampai 15% dari porsi makan. "Jangan lebih dari itu," tandas Mulyadi.
Komposisi makanan yang seimbang menahan penyakit diabetes mellitus tak semakin parah. Komposisi makanan yang seimbang bagi penderita lansia, yakni karbohidrat 60% - 70%, protein 10%- 15%, dan lemak 20% sampai 25%.
Jumlah kalori tentu disesuaikan dengan kebutuhan seorang lansia tiap harinya. Biasanya, 24 hingga 35 kebutuhan kalori basal (KKB) merupakan rentang yang ideal bagi mereka. "Ditambah aktivitas penderita 10% - 30% dari kalori basal," tandas Mulyadi.
Ketiga, latihan jasmani. Bagi penderita diabetes mellitus lansia, jangan latihan jasmani tidak perlu terlalu berat. Jalan kaki atau lari kecil selama 30 menit adalah kegiatan olahraga yang disarankan.
Manfaat latihan jasmani dapat meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki kesegaran kardiovaskular, memperkuat otot dan tulang, mengurangi obesitas, memperbaiki kadar gula darah, mengurangi kebutuhan obat, dan memperbaiki masalah psikososial.
Keempat, penggunaan obat hipoglikemik oral (OHO). Yang termasuk OHO, misalnya obat golongan sulphonilurla generasi pertama hingga tiga, seperti daonil dan amaryl, serta golongan biguanid, seperti glucophage.


 

Diabetes, Tenang Tapi Menghanyutkan

Oleh : Rizky Perdana
Seiring bertambahnya kemakmuran rakyat Indonesia, ledakan jumlah pasien diabetes mellitus (DM) takkan terelakan lagi di bumi Nusantara. Dalam waktu dekat ini, diperkirakan jumlah pengidap diabetes akan mencapai 5 juta jiwa. Masalah akan menjadi lebih pelik lagi bila sejak saat ini tidak direncanakan penanganannya secara seksama.
DM yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis, merupakan penyakit keturunan (genetik, kelainan bibit) yang menyebabkan gangguan produksi hormon insulin (resistensi insulin pada diabetes tipe 2 dan tidak adanya produksi insulin pada diabetes tipe 1). Hormon insulin inilah yang mengatur gula di dalam darah sehingga kembali normal.
Sebelum hormon insulin ditemukan pada tahun 1921, biasanya pasien akan berumur pendek, masalah pengobatan dan komplikasi menjadi rumit. Setelah ditemukan hormon insulin, terjadi peningkatan usia harapan hidup.
Sebenarnya, diabetes melitus tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal. Tetapi kesulitan diagnostik timbul karena DM datang dengan tenang, dan bila dibiarkan akan menghanyutkan  pasien ke dalam komplikasi fatal.
Sayangnya, menurut para ahli di dunia, secara epidemiologis diabetes seringkali tidak terdeteksi. Dikatakan bahwa onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini.
Penelitian lain menyatakan, adanya urbanisasi membuat populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor risiko yang berubah secara epidemiologis diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan adanya hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.
Betapa kejamnya diabetes mellitus menghantam pasien, seperti pembunuh berdarah dingin. Diam-diam daging penderita DM menjadi busuk, perlahan namun pasti.  Inilah beberapa dampak lain DM :
1. Jantung diabetes, seperempat jumlah tempat tidur di Intensif Coronary Care Unit (ICCU) harus diserahkan kepada pasien diabetes mellitus, 50% mengalami kematian:
2. Kaki diabetes, mencapai 14,8% dengan segala penanganan sederhana sampai amputasi.
3. Mata diabetes, menduduki porsi yang besar mencapai 22,8% dengan kebutaan 1-2%
4. Ginjal diabetes, mencapai 20%, dengan keharusan cuci darah dan kematian sebagai titik akhir
5. Saraf diabetes, berupa gangguan saraf tepi, kelumpuhan dan impoten satu komplikasi yang paling menyiksa perasaan laki-laki.
Lebih rumit lagi, DM tidak menyerang satu alat tubuh saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap bersamaan dalam satu tubuh ! Masalah penanganan dan pengobatan semakin rumit jua, apalagi bila diikuti ledakan jumlah pasien.
Kembali pada penyebab, diabetes adalah masalah kelainan bibit. Banyak sekali pasien bertanya, apakah saya bisa sembuh dari DM, dok ! Saya selalu mencoba menerangkan bahwa sampai saat ini, kita belum dapat pengobatan kelainan bibit yang diturunkan.
Kelainan bibit ini telah dicetak di dalam sel pembawa sifat yang di kenal sebagai DNA. Kelainan DNA ini terbentuk sejak terjadinya konsepsi. Tentu, anda dapat membayangkan bagaimana sulitnya memperbaiki kelainan bibit ini. Semua para ahli mengakui betapa peliknya masalah kelainan bibit ini.
Oleh sebab itu, DM tidak akan pernah bisa sembuh total, namun kita hanya bisa mengendalikan agar kadar gula dalam darah (GDS) serta gula dalam sel darah (HbA1C, hemoglobin glikat) menjadi normal. Untuk itu, dianjurkan kepada pasien agar setiap hari diperiksa kadar gula dalam darahnya (Normal 80-120) dan kadar gula dalam sel darah setiap 3 bulan (HbA1C < 6%).
Untuk mengatakan bahwa kadar gula darah terkendali, tentunya tak dapat bergantung pada hilangnya gejala diabetes melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar gula darah (GDS) dan kadar hemoglobin glikat (HbA1C).
Kita punya bukti bahwa pengendalian glikemik yang baik berhubungan dengan menurunnya komplikasi diabetes. Hasil Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan, pengendalian DM tipe 1 yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik DM antara 20-30%. Bahkan hasil dari The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukan, setiap penurunan 1% dari HbA1C (misal dari 9 ke 8%) akan menurunkan resiko komplikasi sebesar 3%.
Berbagai studi yang telah ada menyatakan bahwa penyandang diabetes tipe 1 dan 2 yang menjaga kadar HbA1C nya normal, menunjukan insiden komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati diabetes (mata diabetes), nefropati diabetes (ginjal diabetes), neuropati diabetes (saraf diabetes) dan impoten (disfungsi seksual) yang lebih rendah.
Oleh karena itu, bagi penyandang diabetes, segera diperiksakan semua fungsi tubuhnya. Apakah sudah ada tanda-tanda komplikasi menahun yang perkembangannya slow but sure itu dapat dicegah. Penyandang diabetes yang kadar GDS dan HbA1C nya terkontrol dan terkendali dalam batas normal, sebaiknya diperiksa lagi kondisi mata, syaraf, jantung, pembuluh darah dan ginjalnya, apakah sudah terkena atau belum. Paling tidak mengetahui ada atau tidaknya kemajuan pengurangan penyakit akibat terkendalinya status glikemik penyandang diabetes.
Sebagai ringkasan, pasien DM tidak bisa disembuhkan, namun hanya bisa dikendalikan status metaboliknya seperti kadar GDS dan HbA1C. Upaya mencegah komplikasi menahun dari diabetes sangat tergantung pada tipe, usia penyandang diabetes, fasilitas yang tersedia dan tentunya motivasi berobat. Jangan lupa untuk selalu memeriksakan diri, mengetahui perkembangan status kesehatan sebagai monitor ada tidaknya komplikasi diabetes mellitus.
* Penulis adalah Sekretaris Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RS Dr. Moh. Hoesin Palembang menjadi arsip dari Simarsola ( Kompas,26 April 2011)